Di
tengah setiap sel manusia terdapat nukleus (inti sel) yang dilapisi oleh
membran. Gen itu terletak di dalam nukleus. Bila manusia melacak keberadaannya
sejak awal, akan disadari bahwa dia berasal dari satu buah sel telur yang
dibuahi. Kemudian, karena pembuahan tersebut sel itu terbelah menjadi dua,
kemudian membelah menjadi empat, kemudian menjadi delapan, menjadi enam belas
dan seterusnya hingga 75-100 triliun. Diantara jumlah tersebut ada yang mati
dan hidup, yang saling bergantian sesuai perjanjian di antaranya untuk
menjalankan fungsinya.
Selanjutnya
sel-sel tersebut mulai berdiferensasi dan terspesialisasi. Ada yang menjadi
tangan, kaki, otak, hati dan lainnya. Mereka terus membelah diri di dalam janin
seorang Ibu selama sembilan bulan sepuluh hari, sampai pada akhirnya sang janin
disebut bayi yang akan lahir dengan tiga triliun sel.
Hasil
penelitian biomolekuler menunjukkan bahwa informasi yang tersimpan dalam setiap
satu buah gen sama persis dengan informasi yang tersimpan dalam setiap sel
dalam tubuh manusia yang berjumlah 75-100 triliun sel. Hal itu berarti sel yang
diambil dari bagian tubuh manusia mana pun memiliki potensi yang sama untuk
digunakan menciptakan seorang manusia yang lain. Yang menakjubkan dan sekaligus
menjadi pertanyaan para ahli adalah jika setiap sel dalam tubuh manusia
memiliki informasi yang diperlukan untuk hidup, mengapa sel-sel jantung menusia
hanya menjadi jantung saja, atau sel otak hanya membentuk otak, dan sel kuku
hanya menjadi kuku saja ?
Para
ahli awalnya bingung dengan seluk-beluk mekanisme tersebut, tetapi pada
akhirnya mereka mendapatkan titik terang. Ternyata pada waktu proses pembelahan
sel dari sel telur yang dibuahi, sel-sel manusia melakukan semacam perjanjian
di antara sel-sel tersebut, yaitu perjanjian penentuan pembagian kerja. Setelah
itu , setiap sel tersebut mematuhi dengan setia perjanjian yang telah
dilakukannya.
Sel-sel
tersebut melakukan mekanisme nyala dan padam. Selanjutnya, karena dalam inti
sel atau nukleus tersimpan juga instruksi nyala/padam, yaitu saat sel harus
bekerja pada situasi-situasi dan periode tertentu dan saat harus berhenti
bekerja. Contohnya, gen pembuat rambut di ketiak, alis mata, dan bulu mata.
Gen-gen tersebut akan padam sehingga rambut-rambut itu pun akan berhenti tumbuh
pada ukuran tertentu.
Telah
disebutkaan di atas bahwa seluruh peristiwa dalam tubuh kita ditentukan oleh
proses yang terjadi di dalam gen. Ada beberapa proses yang terjadi di dalam DNA
yang hendaknya kita pahami, yaitu transkripsi dan translasi. Transkripsi adalah
proses pembentukan RNA (rantaian molekul yang membentuk DNA) dari untai ganda
DNA. Sedangkan translasi adalah pembentukan rantai polipeptida protein
(rantaian molekul yang membentuk protein) dengan dasar cetakan yang ada pada
RNA dari hasil proses transkripsi di atas. RNA inilah yang nantinya sangat
berperan dalam sintesis (pembentukan) protein yang merupakan bahan dasar hormon
dan enzim. Proses pembentukkan polipeptida protein berlangsung di ribosom
(bagian sel yang berfungsi sebagai tempat pembentukan protain).
Asam
amino merupakan bahan mentah pembentuk berbagai zat atau bisa disebut protein
sebagai pembentuk hormon. Dengan demikian, kita yakin dengan mengendalikan
pembentukan berbagai hormon tersebut maka gen dapat dikatakan mengatur
kehidupan manusia.
Di
samping mengatur pembentukan berbagai hormon, gen juga mengatur pembentukan
berbagai enzim. Enzim adalah katalisator (penghantar) bagi reaksi-reaksi kimia
yang terjadi di dalam tubuh. Karena keberadaan enzimlah, reaksi kimia dapat
terjadi beratus-ratus kali lebih cepat sehingga memungkinkan tubuh untuk
bereaksi sangat cepat terhadap berbagai tuntutan yang diterimanya.
Penelitian-penelitian
ilmiah tentang fungsi gen dalam mengatur metabolisme enzim ini telah banyak
dilakukan sehingga memungkinkan pemahaman kita tentang gen. Bahkan, penelitian
ilmiah tentang pengendalian enzim tertentu oleh gen inilah yang membuka tabir
bahwa gen adalah ciptaan Tuhan yang istimewa. Gen bukanlah benda mati yang
tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dari luar dirinya. Gen bukan suatu
yang statis (tetap), yang menentukan kehidupan kita tanpa kita dapat berbuat
apa-apa untuk mengubahnya. Gen ternyata memiliki potensi yang dapat kita ubah
menjadi kekuatan yang mahadasyat. Inilah ayat (tanda) alam yang menunjukkan
bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna.
Kenyataan
ini meyakinkan kita bahwa manusia bukanlah objek perubahan belaka. Tetapi,
manusia adalah subjek bagi perubahan itu sendiri. Memang dalam batas tertentu
manusia memiliki keterbatasan untuk melawan perubahan yang terjadi. Namun,
manusia memiliki daya untuk mengendalikan perubahan itu. Manusia bukan seperti
makhluk Tuhan lainnya (hewan, tumbuhan, batu, dan lain-lain) yang seratus
persen tergantung oleh perubahan di luar dirinya, tetapi manusia berperan
ganda, yakni sebagai objek sekaligus subjek bagi perubahan itu sendiri.
Informasi
yang luar biasa adalah kenyataan bahwa mekanisme nyala/padam tersebut dapat
dipicu oleh sikap mental atau faktor psikologis. Penelitian masa kini telah
membuktikan bahwa cara berpikir dapat mengaktifkan gen manusia. Contohnya,
tertawa dapat menurunkan secara signifikan tingkat gula darah pada penderita
diabetes setelah makan. Kemudian, ditemukan bahwa gen-gen tertentu dapat
teraktivasi oleh tawa dan membuktikan bahwa emosi positif dapat memicu tombol
genesis. Dengan kita mempelajari cara mengaktifkan gen positif dan
menonaktifkan gen negatif, terbuka kemungkinan tak terbatas untuk mengembangkan
potensi manusia.
Mengaktifkan
gen-gen bermanfaat dalam tubuh kita, selain dari faktor genesis yang sudah
diwariskan orangtua, dapat dilakukan dengan berolah raga teratur, bercanda
tawa, hidup penuh rasa terima kasih, bersyukur atas anugerah kehidupan,
kebahagiaan, keceriaan, meditasi, inspirasi yang kita miliki ini, serta berdo’a.
Semua itu sangat dapat mengaktifkan gen bermanfaat manusia yang dominan (tidur)
sehingga dapat membuka peluang menuju suatu cara hidup baru yang mengagumkan.
Jadi,
kesimpulan tentang adanya kekuatan pikiran sangatlah benar. Orang yang
mengatakan bahwa pikiran tidak ada hubungannya dengan kesehatan fisik adalah
sangat salah, sehingga jika manusia ingin mencari jawaban pemecahan problem
kehidupan, perlu adanya kerja sama antara sains dan spiritualitas.
(
Sumber : Buku “Aktivasi Gen Positif Dengan Sholawat” )
0 comments:
Post a Comment