Seluruh
realitas alam semesta ini adalah getaran, pikiran, perasaan, dan akal pun
tak lebih dari getaran. Cuma ia adalah getaran dengan kekuatan pemancar yang
luar biasa besarnya, Ia bagaikan mercusuar getaran di antara lautan getaran
alam semesta.
Akal,
yang terdiri dari pikiran dan perasaan , adalah sumber getaran atau transmitter
yang luar biasa besar, sekaligus reciver atau penerima getaran dengan kekuatan
radar yang sangat peka. Seluruh getaran peristiwa di alam semesta ini bisa kita
tangkap informasinya, sekaligus kita pengaruhi dan kita resonansi dengan
menggunakan frekuensi yang kita hasilkan dari dalam kita sendiri. Begitulah
memang pemahaman dari sisi kuantumnya. Bahwa seluruh benda di alam ini hanyalah
gumpalan energi yang bergetar-getar, termasuk tubuh manusia dan akal
kecerdasannya. Karena itu kalau kita mem-breakdown benda apapun bendanya kita
akan menemukan bahwa ia memang tersusun dari bagian-bagian lebih kecil yang
disebut molekul. Ia bergetar-getar. Bagian molekul kita pun menemui namanya
atom. Ia bergetar-getar. Atom tersebut terdiri dari bagian-bagian yang lebih
kecil lagi disebut sebagai partikel-partikel sub atomik, seperti elektron,
neutron dan proton. Ia pun bergetar-getar. Bagian penyusun
partikel-partikel lebih kecil lagi kita kenal dengan istilah Quark, ini juga bergetar-getar karena ia
memang sebagai ’pilinan energi’ yang bergetar-getar dan seterusnya, maka
seluruh benda di alam ini tak lebih adalah gumpalan energi yang bergetar-getar
dalam tiap tingkatannya, dan membentuk sebuah sistem alam raya yang berupa
lautan energi yang bergetar-getar.
Perbedaan
getaran-getarannyalah yang menyebabkan ia dikenal sebagai benda padat, cair,
dan gas. Memancarkan warna yang berbeda-beda, menghasilkan aroma yang tak sama,
suhu tinggi rendah, kasar dan halus dan sebagainya.
Sementara
itu yang namanya panca indera dan otak kita juga terdiri dari bahan yang sama,
seluruh tubuh kita tersusun dari molekul, atom, partikel-partikel sub atomik,
dan ’pilinan energi’ yang bergetar-getar. Jadi, apa bedanya antara diri kita
dengan alam semesta? Tidak ada. Ditinjau dari sudut kuantum keduanya sama-sama
energi dan membentuk lautan energi menjadi isi alam semesta.
Jadi
badan kita dan seluruh eksistensi kita ini sebenarnya adalah bagian dari alam
semesta belaka. Semuanya adalah bagian dari samudra energi yang bergetar-getar
dengan frkuensi yang berbeda-beda di tingkat lokal dan parsial-parsial.
Hubungan antar frekuensi itu bisa terjadi ketika gumpalan energi yang satu
mencocokkan dengan frekuensi gumpalan yang lain. Gumpalan-gumpalan energi itu
berhubungan antara yang satu dengan yang lain melalui gaya gravitasi,
elektromagnetik, dan nuklir tetapi semua gaya itu pun sebenarnya adalah
penampakan dari satu perwujudan lautan energi alam semesta. Pohon, lautan,
matahari, hewan, manusia dan apa saja yang terhampar di semua planet adalah
gumpalan energi yang bergetar-getar dengan frekuensi yang berbeda-beda bahkan
perasaan sedih , gembira, menderita, ikhlas, tenteram, damai, sabar adalah
energi yang bergetar-getar.
Bedanya,
getaran yang terjadi pada perasaan adalah getaran yang sangat kompleks yang
terkait dengan resonansi sekelompok benda yang bergetar bersama-sama. Semakin
tinggi kualitas perasaan yang di capai, semakin banyak juga getaran-getaran
parsial alam yang terlibat. Ketika anda berpikir menggunakan potensi kecerdasan
maka yang terjadi sebenarnya adalah resonansi getaran antara diri anda dengan
segala getaran yang ada di luar anda Ketika anda berpikir tentang anak anda
maka yang terjadi adalah anda sedang berusaha mencocokkan frekuensi kecerdasan
atau akal anda dengan frekuensi anak anda, jika nyambung akan terjaadi
resonansi.inilah sekilas proses terjadinya telepati.
Apa
saja di alam semesta ini adalah getaran-getaran yang mengandung frekuensi
tertentu, akal manusiabisa mengintervensinya sehingga terjadi resonansi lewat
panca indra, kemudian diteruskan ke otak secara elektromagnetik, muncul sebagai
gambar-gambar di layar persepsi otak kita.
Semakin
kuat resonansinya, semakin besar pula efeknya, pikiran dan perasaan kita adalah
sumber getaran yang memicu terjadi dinamika lautan energi yang sudah tersedia
di alam semesta. Jika kita memancarkan getaran berkualitas tinggi maka segala
getaran yang ada di sekitar kita akan mengikuti menjadi getaran yang berkualitas
tinggi. Sebaliknya kalau kita memancarkan getaran berkualitas rendah di
sekitar kita pun berkualitas rendah.
Getaran
kualitas tinggi maupun rendah akan memancar ke segala arah secara sambung
menyambung kemudian menghasilkan gelombang yang lebih besar sesuai kualitas
getaran yang kita pancarkan. Bagaikan melempar batu dikolam maka riak
gelombangnya akan menyebar ke segala arah. Bukan hanya besarnya gelombang
melainkan juga pola gelombang yang dihasilkan, bahkan semua informasi yang
terdapat di dalam gelombang itu akan menjalar ke segala penjuru air kolam.
Seperti itulah sekilas gambaran kurang lebihnya mekanisme lautan energi alam
semesta.
Kalau
pikiran dan perasaan kita memancarkan energi negatif maka lautan energi akan
teresonansi menjadi negatif. Lautan energi negatif itu lantas kita tangkap
kembali pantulannya lewat radar kita sendiri sebagai energi negatif. Begitu
pula sebaliknya jika berpikiran dan perasaan positif. Itulah yang di ajarkan
dalam kitab suci barang siapa berbuat baik akan mendapkan kebaikan. Barang
siapa berbuat jahat , kejahatannya akan kembali kepada dirinya sendiri. Karena
alam semesta adalah lautan energi yang riak gelombangnya memantul kemana-mana,
termasuk kepada diri kita sendiri.bahkan efeknya bisa menjadi lebih besar,
karena efek gelombangnya sudah beresonansi dan berinterferensi dengan golombang
yang lain.
Jadi
hati-hati bermain dengan pikiran dan perasaan, apalagi perbuatan yang
kelihatan. Setiap yang kita pikirkan dan kita rasakan gelombangnya akan
terpancar ke alam semesta. Tidak bisa di sembunyikan, meskipun tidak terlihat
dan tidak terdengar pancaran gelombang itu tetap saja terpancar ke sekeliling
kita menyatu ke dalam lautan energi alam semesta, kemudian menimbulkan
riak-riak gelombang yang suatu ketika akan kembali kepada diri kita sendiri.
(
Sumber : www.meditasiindonesia.blogspot.com )
0 comments:
Post a Comment