Saat ini saya merasa umat manusia sedang memasuki masa transisi global besar yang menuntut pemberdayaan potensi kemanusiaan yang lebih besar lagi. Kita memerlukan sebuah metode penggalian potensi diri yang lebih progresif revolusioner yang lebih mampu menghadapi tantangan zaman ini. Untuk itu kita perlu berani mengakses berbagai potensi kemungkinan terjadinya lompatan kuantum dalam bidang pengembangan diri.
Banyak
temuan baru dibidang genetika perilaku dan neurobiologi. Dean Hamer dalam
bukunya, Gen Tuhan, misalnya, menunjukkan bahwa setiap
manusia sudah diwarisi dalam dirinya kecenderungan yang membuat otaknya haus
sekaligus siap menerima tuntunan “ kekuatan yang lebih tinggi”. Kekuatan Tuhan
Yang Maha Kuasa.
Oleh
karena itu saya merasa sudah saatnya kita menggeser fokus pengembangan diri
dari proses yang berbasis intelejensi pikiran dan kinerja otak menuju proses
yang lebih berbasiskan intelejensi hati dan kinerja jantung. Sebuah proses
pengembangan diri yang menggabungkan kekuatan sains dan motivasi ketuhanan
(spiritual). Sebab kita sudah melihat bagaimana proses pengembangan diri yang
melambungkan ego manusia dan telah berhasil menciptakan kenyamanan hidup hanya
berhasil sedikit dalam memberi sumbangsih untuk kebahagiaan hidup. Kita sering
melihat semakin sukses seseorang semakin jauh rasanya dia dengan kebahagiaan
yang dicarinya, bagai menggali sumur tanpa dasar untuk menyegarkan dahaganya
yang tak terpuaskan. Tak jarang pula kita menemukan sejengkal kesuksesan yang
diraih manusia harus dibayar oleh semakin lebarnya jurang permusuhan dan
penderitaan yang menganga di antara sesama.
Kita
memerlukan perubahan bukan saja paradigma, melainkan transformasi kuantum. Kita
memerlukan proses pengembangan potensi manusia yang mampu menghasilkan manusia
digital secara nyata. Yang bisa merubah manusia sampai ke tingkat sel DNA-nya.
Suatu proses yang mampu menggabungkan kekuatan IQ-EQ-SQ secara cerdas, ilmiah,
dan efektif.
Proses
pergeseran paradigma atau transformasi kuantum di bidang pengembangan potensi
diri seperti itulah yang akan dijelaskan dalam buku ini. Suatu proses yang
berangsur menuntun kita meninggalkan zaman dominasi otak (positif thinking)
untuk memasuki era kolaborasi hati (positif feeling). Dan menyempurnakan
proses keberhasilan individu maupun korporat dari metode Goal setting yang memberatkan kepala menuju era Goal praying yang lebih menyejukkan hati.
Proses positif thingking dan goal setting biasanya hanya mengandalkan
kekuatan diri sendiri yang berupa force untuk meraih future sukses. Sedangkan proses positif feeling dan Goal praying justru secara integratif mengandalkan
kekuatan diri sendiri dan Tuhan yang menghasilkan power untuk menciptakan sukses
mulai saat ini juga. NOW.
( Sumber
: Buku Quantum Ikhlas )
Lg2 komen di isi iklan pesugihan/judi.bikin mata sakit iklan di alam goib aja sono..😁
ReplyDelete