Di masa lalu ada seorang guru bijak yang selalu
menyelenggarakan kuliahnya di bawah sebuah pohon yang tinggi dan besar
menjulang ke langit. Dan suatu hari ketika kelas sepi, anak laki-laki dari guru
itu bertanya pada ayahnya dari manakah langit, bumi, dan seluruh isinya
berasal. Kemudian sang ayah memintanya mengambil satu buah yang sudah kering
dan banyak terserak di bawah pohon besar itu, memintanya untuk membelahnya dan
melihat isinya. Ketika anak itu menemukan sebuah biji kering di dalamnya, sang
ayah memintanya untuk terus membelahnya hingga ia akhirnya menemukan bahwa
bijinitu ternyata kosong, hampa, tidak berisi apa-apa. Sang ayah kemudian
menjelaskan kepada anaknya bahwa seperti pohon raksasa yang sudah berusia
ratusan tahun itu, segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bermula dari
sesuatu yang tidak ada, kosong, dan hampa.
Di dalam dunia ilmu fisika secara umum terdapat dua
pandangan yaitu fisika klasik dan fisika kuantum. Ilmu fisika klasik atau
sering disebut “Newtonian” yang memulai observasinya dari benda solid yang
“bisa dilihat” sehari-hari, seperti jatuhnya buah apel hingga pergerakan
planet. Kepastian hukum mekanisme “bola biliar” yang diadopsi ke dalam cara
kerja mesin industri yang sudah berlaku selama beberapa ratus tahun ini berhasil
mengantarkan Revolusi Industri. Namun, di akhir abad 19 ketika para ilmuwan
mulai membuat peralatan untuk menginvestigasi benda-benda atau sangat kecil,
mereka menemukan sesuatu yang membingungkan dimana ilmu fisika Newton tidak
lagi mampu menjelaskan atau memprediksikan apa yang mereka temukan di
laboratorium. Sejak itu, hingga kurun waktu seratus tahun ini, suatu penjelasan
ilmiah yang baru lahir untuk menjelaskan tingkah laku benda atom yang sangat
kecil dan “tidak bisa dilihat”itu. Dan penelitian ilmiah tersebut membuka tabir
adanya kenyataan dunia yang benar-benar baru dikenal sebagai “mekanika kuantum,
fisika kuantum, atau teori kuantum.” Ilmu fisika baru ini tidak hadir untuk
menggeser ilmu fisika Newton yang masih berjalan baik untuk menjelaskan benda-benda
yang cukup besar dan “terlihat”. Ilmu fisika kuantum justru sengaja dimaksudkan
untuk mengeksplorasi wilayah-wilayah kebendaan yang sangat kecil dan tidak
mampu lagi digapai oleh “mata” fisika Newton yaitu dunia sub-atomic yang begitu
kecil.
Para ahli fisika kuantum (quantum physics), yang paling
popular diantaranya adalah Albert Einstein dan beberapa nama lain seperti
Richard Feynman, Werner Heisenberg, Niels Bohr, David Bohm, Erwin Schrodinger,
hingga Fred Alan Wolf, Amit Goswani, David Albert, dan banyak lagi. Para
ilmuwan kuantum ini meneliti apa sebenarnya yang terjadi ketika sebuah benda
dibelah terus-menerus hingga ke tingkat materi yang sangat kecil. Dan materi
terkecil itu pun terus dibelah lagi dengan alat pemecah atom particle accelerator
sampai tak terlihat hingga berubah menjadi energi yang terhalus. Dan selama
bisa dilakukan, energi terhalus itu pun diusahakan untuk terus-menerus dibelah
hingga akhirnya seolah lenyap menghilang.
Dari berbagai penelitian itu, ilmu fisika kuantum hadir
membawa berita baru seperti ini : bahwa di dunia energi terhalus yang tak
tampak wujudnya berlaku hukum yang berbeda dengan dunia benda yang tampak.
Yaitu hukum fisika kuantum yang unik dan agak sulit dipercaya, yang diantaranya
:
- Di level kuantum sebenarnya tidak ada benda yang padat. Semua
benda di dunia pada dasarnya terbuat dari ruang hampa.
- Tingkah laku partikel yang berubah-ubah dari benda padat
menjadi getaran vibrasi dan sebaliknya tergantung dari niat penelitinya.
- Berlakunya hukum ketidakpastian (uncertainty principle)
- Hukum non-lokalitas yang menyatakan bahwa unsur terkecil dari semua benda itu sebenarnya ada di sini dan dimana-mana sekaligus.
( Sumber : Buku Quantum Ikhlas )
0 comments:
Post a Comment